Manusia & Peluru

Yang ditelan mereka, si Istimewa.

Tulisan ini lahir karena sebuah peluru.

Oh, rupanya manusia bisa menelan peluru dalam tubuhnya. Melontarkan pada jiwa jiwa yang memiliki kekuatan untuk menelan peluru juga. Pada sebuah bulatan para jiwa yang kekar, pada sebuah bulatan para manusia yang istimewa, melontarkan segala peluru di meja. Untuk di eksekusi.

Pesan untuk semua manusia. Hahaha kamu istimewa wahai yang memiliki peluru, hingga diberi kelebihan dan keajaiban oleh Tuhan untuk menelan peluru dan kuat juga untuk membuangnya, tolong. Dipergunakanlah dengan baik peluru mu. Pun, kamu dilempari peluru dari luar, rasakan.

Dikoyak-koyak Perspektif

Rupanya yang tua, tidak melulu dewasa. Dan yang muda, tidak melulu kekanak-kanakan.”

Tahun 2020 menuju 2021 adalah tahun yang membawaku pada sebuah perjalanan. Jika dirasa-rasa, setiap tahun memang seperti itu, tapi kalau aku buat lebih spesifik, tahun itu menjadi tahun yang cukup memangku aku untuk menjadi seseorang yang lebih kuat dalam hal apapun. Terlebih dalam menghadapi hidup.

Seperti pada umumnya, siklus manusia dalam menjalani hidup berbeda-beda. Permasalahan hidup juga berbeda-beda, pun sebuah perspektif, pandangan, pendapat dan komentar orang lain juga berbeda-beda. Itu merupakan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan, rasanya. Dan tulisan ini mencetuskan aku untuk berbagi bagaimana aku berada dalam fase “dikoyak-koyak perspektif”.

Menuju akhir bulan di tahun lalu, aku dikehendaki oleh yang diatas, untuk bertemu beberapa orang baru, kebiasaan baru dan tanggung jawab baru. Banyak hal yang aku dapat, terutama bagaimana peran ku sebagai manusia dalam menjalani hidup. Namun beberapa hal yang mengejutkan adalah, bagaimana aku dikoyak-koyak sebuah afirmasi negatif, sebuah sudut pandang yang secara tidak langsung itu menyetirku untuk memiliki sudut pandang yang sama, sebuah energi yang kurang baik, sebuah kebiasaan bagaimana bercerita dan tidak perlu mendengarkan, cukup dihakimi saja, dan sebuah budaya yang mendominasi hal-hal negatif untuk dikeluarkan ketimbang menarik hal positifnya.

Aku benar-benar belajar bahwa hidup tidak sebercanda itu. Aku benar-benar belajar bahwa hidup tidak sesempit itu untuk kamu menghakimi orang-orang. Dan aku benar-benar belajar bahwa orang dewasa terkadang rumit, terkadang menyenangkan. Aku benar-benar belajar bahwa ternyata kehidupan itu luas sekali, kamu tidak diam di satu tempat untuk mengembangkan dirimu. Dan aku benar-benar belajar bahwa ternyata, rasanya tidak enak jika kamu disuguhi perspektif buruk dan menjadikan itu sebuah pagar untuk kamu berkembang. 

Perspektif-perspektif buruk yang membuat mental sedikit terganggu

Aku disuguhi sebuah kebiasaan atau sebuah perspektif yang menurutku cukup mengganggu pikiran namun sedikit menguatkan mental ku, mari kita jabarkan.

  1. Sebuah perspektif dimana, “saya yang tua disini, yang tua selalu benar, dan kamu anak muda rentan sekali salah.” Aku bertemu orang yang selalu membanggakan dirinya memiliki nominal usia lebih besar dari yang lain, selalu merasa bahwa apapun keputusan yang dibuat, pengetahuan yang ia miliki adalah semuanya benar. Dan kami-kami yang muda lah yang dekat dengan kesalahan.
  2. Sebuah perspektif dimana, “ide kamu tidak akan digunakan. percuma kamu kasih ide.” Aku disuguhi komentar yang mematahkan, sedikit kaget namun memberi pelajaran yang lumayan oke.
  3. Sebuah perspektif dimana, “kamu jangan terlalu banyak bicara dan berpendapat. kamu terlalu sok tahu untuk melakukan itu, anak muda!” Aku didekatkan dengan orang yang tidak bisa membuka lebar pikiran dan pandangannya akan bebas berpendapat, akan bagaimana seseorang menginterpretasikan sosok dirinya. Dan aku sedikit kesulitan menghadapi manusia macam begini.
  4. Sebuah perspektif dimana, “menunjukan kemampuan, adalah pamer. kamu jangan show off!.” Aku menelan mentah-mentah pendapatnya mengenai bagaimana seseorang mencoba ingin belajar berkembang dengan kemampuan yang ia miliki namun hal tersebut dianggap sebuah kesombongan. Dasar manusia yang hanya melihat sisi negatif manusia lainnya saja, sedikit sedih. 😦
  5. Sebuah perspektif dimana, “yakin kamu bisa melakukan itu? yakin? kamu pasti gagal, udah sini saya aja yang lakukan”. Aku didekatkan dengan manusia seperti ini, meragukan kemampuan orang lain yang tanpa diketahui bagaimana orang yang diragukan ini sudah belajar dan bersikeras ingin mencoba hal baru dalam mengembangkan dirinya.

Banyak perspektif dan pendapat lainnya yang terjadi pada masa-masa itu, dampaknya membuat aku dan mental ku sedikit menciut dan tidak percaya diri. Membuat aku menjadi seorang yang sedikit ragu untuk berpendapat, membuat aku menjadi seorang yang memikirkan orang lain jika ingin melakukan sesuatu, dan membuat daya pikir aku tidak nyaman.

Dan lagi, lagi, ini adalah pelajaran hidup yang berharga. Hingga dapat membawa aku pada titik saat ini, dimana aku dapat bersyukur dan merasakan nikmat sudah tidak ada pada lingkaran itu lagi. Dimana membuat aku merasakan nikmat, dapat kembali bangkit dan bangun dari hal-hal menyedihkan diatas. Dimana membuat aku berada pada kehendak Tuhan untuk dipertemukan dengan orang-orang yang baik, orang-orang yang mendengarkan, orang-orang yang menghargai, orang-orang yang mendukung, dan orang-orang yang terbuka luas pikirannya.

Jadi, saat ini pada malam Kamis, pukul 21.30 19 Agustus 2021, dengan suara menggebu-gebu dari token listrik rumahku yang hampir habis, aku mencetuskan rasa terimakasih untuk beberapa orang yang memberi ku pengalaman hebat hingga dapat membangun kembali kondisi baik seperti sekarang. Yang aku pelajari saat ini adalah memang semua sudah jalan Tuhan untuk menggiring kamu pada jalan-jalan selanjutnya, tidak ada yang disesali dan cukup senyum tipis mengenai apa saja yang sudah aku dapati dalam hidup ini. Baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan.

Another Layer

Jika iya, setiap sudut dan lubang tangkai saling sapa, disinari Bintang Timur. Ini akan mekar dan berkembang. Percaya?

Hi, Bintang Timur disana?

Lapisan merah, hijau menari-nari

Ada yang serupa dengan lapisan – lapisan sebelumnya

Kilas kembali ke ranah didesak asmara

Ada lapisan baru yang menindihi

Dijamu nya dengan kurva fluktuatif

Kadang sendu. Kadang Riang. Kadang tidak berirama

Memang,

Semua wewenang senyum hanya hadir dan ditentukan olehnya

Lapisan-lapisan Hijau dan Merah, dan Bintang Timur yang hadir.

Rasanya tidak cukup menyinari satu kali

Kemari, bunga-bunga ini bagaimana kabarnya jika tidak disiram? Atau cukup disinari Bintang Timur?

For The Magic Words, For The Magic Ear

Processed with VSCO with b5 presetSeperti hal nya, sinar matahari dengan dedaunan yang santun itu. Selalu bekerjasama dengan baik.

 

Mendadak ingin berterimakasih, kerap kali diberikan waktu untuk diam sejenak dan mendengar. Dengan beberapa kalimat ajaib, yang dapat merasuk pada semua bagian tubuh, hingga bisa sekuat ini. Hingga sekarang

Entah bagaimana pemilihan diksi yang dilakukan. Tidak pernah tidak berhasil. Lagi-lagi, selalu menang dalam hal memberi masukan, memberi ketenangan, dan memberi fasilitas pendengaran.

Teruntuk beberapa makhluk, yang memiliki khasiat seperti itu, kalau aku dapat hak memberi penilaian, kamu juga yang lain sudah menggunakan panca indra pendengaran dengan baik sedemikian rupa, yang sudah menjadi penguat untuk beberapa kasus kehidupan. Jika berkenan, aku ingin sungkem, namun tak perlu. Cukup terimakasih dan berpelukan. Juga tolong, tetap seperti itu.

Breath And Quiet

Processed with VSCO with a6 preset

Menyuguhkan rasa, nafsu yang berbentuk semangat untuk melakukan suatu hal rasanya memang penting. Tapi kau harus imbangkan siapa pengendali atas rasa, nafsu tersebut. Yaitu kau, yang tentunya tetap harus diperhatikan kekuatan tubuh dan jiwa atas dasar menggarap semuanya.

Terjadinya tulisan ini, yang akhirnya aku taruh di sini, amat banyak pertimbangan. Seminggu ini aku dikelilingi iming-iming bagaimana seharusnya kita mencintai diri sendiri. Penting kah? Bagaimana seharusnya kita menghargai diri sendiri? Penting kah? Apa semuanya dalam satu wujud? Apa masing-masingnya adalah sub?

Mencintai diri sendiri..

Aku menulis ini sambil melamun, di ruang tengah, dengar suara curut lewat. Dan dingin, ya. Karna Bandung sedang dingin-dinginnya di bulan Maret ini. Sedikit-sedikit melirik layar laptop, membayangkan wujud mencintai diri sendiri seperti apa. Kemudian aku menulis kembali..

Mencintai diri sendiri adalah bentuk wujud menghargai, memaafkan, menjaga, dan percaya terhadap diri sendiri. Bukan egoisme, bukan juga bentuk narsisme. Yang aku pikir seperti itu, dan beberapa orang bilang pun seperti itu. Lalu aku mengangguk karena setuju setelah dikerut-kerutkan alis. Aku bergumam sendiri, emang bener ya mencintai diri sendiri itu penting? Apa cinta diri sendiri lebih penting dari cinta terhadap orang lain? Iyah, emang? Gak egois kalo gitu? Tapi kalo dipikir-pikir, iya juga yang dibilang orang-orang tentang “gimana kita bisa menjaga dia, kalo kita gakbisa jaga diri sendiri” katanye..

Aku setuju dengan analogi itu. Tapi sisanya, aku boleh ya beri pendapat dengan tulisan ini..

Kalau ditanya penting gak sih mencintai diri sendiri itu, iya jawabannya penting. Salah satunya, ketika kita bisa mengadu argumen hingga lemas lidah perihal kepercayaan sama pasangan. Itu salah satu adegan kehidupan kan, dengan baluran kata-kata “kalo kamu cinta, kamu harus percaya”. Oke, kunci nya percaya. Aku pikir percaya bukan hanya perihal rasa yakin terhadap suatu objek maupun subjek. Tapi percaya pada diri sendiri, yang dapat dikatakan percaya diri, itu penting. Kenapa aku bilang kalau percaya diri itu penting? Karena percaya diri merupakan salah satu wujud mencintai diri sendiri. Ketika kita merasa kurang dan gagal telah melakukan sesuatu, tapi dilandaskan dengan ocehan “gitu aja gakbisa. bodoh” atau apapun makian terhadap diri sendiri yang membuat buih pikiran jadi mengasingkan diri karena kita merasa gak mampu melakukan itu. Dan, itu adalah bentuk tidak cinta diri sendiri. Akan tergerus pada komentar negative yang akhirnya bakal fight sama diri sendiri. Dan itu gakboleh sayang..

Kembali lagi dengan perkataan “percaya”. Sepenting itu ya rasa percaya bisa mengubah keadaan? Jawabannya iya, penting banget. Ketika kita ngerasa percaya sama orang, akan dengan sendirinya kita berusaha selalu berpikiran positif dengan orang tersebut. Begitu pula dengan diri kita, ketika kita merasa yakin dengan diri kita dalam melalukan suatu hal, kita akan dengan sendirinya berusaha membuat pemikiran-pemikiran dan komentar positif terhadap diri kita. Dan ini merupakan wujud kita mencintai diri sendiri, kita tidak membiarkan diri kita terperangkap pada situasi buruk, situasi sulit, dan situasi yang mengancam. Dengan mencintai diri sendiri, kita akan bisa menyetir diri kita pada sesuatu sangat berharga untuk diri kita.

Bentuk mencintai diri sendiri sangat banyak. Bukan hanya rasa percaya diri dan yakin dengan diri sendiri, ada juga bentuk body positivity. Mungkin akan jadi bahasan selanjutnya di tulisanku mengenai bentuk-bentuk mencintai diri sendiri, tapi untuk sekarang, yang aku tulis sebegini dulu rupa nya.. semoga kita semua selalu bisa mencintai diri sendiri ya.

 

Salam cinta,

Selvi

 

 

i love, j

STASIUN

stasiun

Dini hari kami tiba.

            Senyum sendiri.. yang pertama kali aku lakukan ketika turun dari kereta. Senyum lagi dengan lengan yang sesekali membenarkan pemakaian tas dengan mengangkat bahu, karena pegal dan berat. Aku akhirnya tiba, di kota istimewa ini. Kota penyimpan cerita, kota bercita rasa enak, karsa yang romantis. Kota yang mengapa membuat nyaman padahal kota orang. Dan kota yang tempat kelahiranku saja bukan tapi tertanam rasa ingin tinggal.

            Langkah demi langkah, menuju keluar stasiun, sesekali mendengar suara peluwit dari petugas kereta dan sesekali melihat kawasan kursi pengunjung diisi orang yang sedang ngorok. Setelahnya, duduk manis dulu di sebuah warung kopi pinggir stasiun, sakit pinggang dan lesu. Tapi puing-puing kota ini tidak berubah, baunya seperti itu, nyaman nya seperti ini. Sulit didefinisikan..

KE PANTAI

            Matahari waktu itu tidak ikut serta, karena hujan mengiringi kami sampai stasiun. Keberangkatan ini menjadi kecintaan, atas dasar perdebatan akan kemana saja, dimana saja, dan ngapain? Akhirnya kami pergi. Hujan.. hujan.. kata orang identik dengan rindu. Tapi sore itu tidak, kami semua mendefinisikan hujan sebagai pengiring lapar.

            Kemudian tiba, di kota orang. Seruput hawa kota ini, beberapa tahun silam kali terakhir aku menciumnya. Dan sekarang, oh Tuhan.. aku sekarang disini, di kota ini (lagi). Kami ke pantai.. iramanya kental romantis, dayuh ombak yang agak surut. Dan lagi-lagi, matahari yang datang sesekali. Kami memainkan beberapa lagu dibawah pohon kurang rindang, karena panas terik mulai muncul. Kami mengantuk, kami kesilauan.. aktivitas penuh dilakukan adalah mengerutkan alis, menertawakan, bermain pasir, melagu, dan foto-foto.

 Sampai akhirnya kami kembali ke kota karena suasana siang sudah mendukung untuk menjatuhkan tubuh di kasur penginapan, dan istirahat.

KE CANDI

prambanan

                Suatu tempat perihal peninggalan, sejarah, dan semacamnya. Kami tetap timbulkan rasa ingin tahu dan penasaran.. kenapa sebesar ini? Orang-orang jaman dulu, keren, kenapa bisa buat yang begini? Begitulah lagi pertanyaan-pertanyaan yang diucap selagi disana. Disana diikuti matahari berturut-turut.. dan berhasil membuat kegelapan di sela sela kulit (apalagi aku) dan semua serba panas.. tentunya hari itu di kota enak itu, tidak mudah beradaptasi dengan suhu panasnya.

                Sesekali mengipas, sesekali menghela napas karena lelah katanya, berjalan di entah berapa puluh tangga menuju candi. Tapi luar biasa, semua luar biasa, kesantunan warga.. kenyamanan tempat.. ketertiban makhluk sekitar.. dan saling menertawakannya, itu yang luar biasa.

                Kami abadikan tubuh dengan candi, kami abadikan muka dengan pemandangan perihal buah tangan Tuhan, dan kami bersuka cita panas-panasan..

YA, ISTIMEWA

                Terlalu dibuai dengan kota enak ini. Perihal kesenian, kehangatan warga sekitar, kerapihan jalan tanpa sampah bertebaran, betul-betul istimewa. Aku, disini bukan hanya menghela napas lalu makan, lalu tertawa, lalu jalan-jalan.. selain itu, yang lebih menarik dari semua adalah musikalitas warga sekitar, musikalitas kota ini, sangat amat terlebih luar biasa.

                Menggoda, cinta, dengan semua alur yang dirasa. Jalan Tuhan benar asyik, benar membuat kagum.. organ tubuhku yang dinamai mata ini masih diberi waktu dan kesempatan untuk menikmati lantunan musik, pertunjukan musik, pertunjukan seni daerah, pertunjukkan anak-anak unik bawakan lagu daerah,  pertunjukan ibu-ibu keren yang mainkan gamelan kecapi dan alat-alat manis lainnya.. dan pertunjukan sebuah tour band lokal yang gak kalah hangat aromanya malam itu.

                Kacau! Malam itu kelewat senang.. kelewat cinta dengan kota enak ini. Seni dan kota ini seperti denyut nadi dengan tubuh.. kebutuhan, pelengkap, dan apapn yang serupa lainnya..

KE HUTAN

hutan

                Tempat ini seperti saudara kembar dengan daerahku. Tapi beda dengan orang-orang didalamnya, bahasa nya, lantunan cakap nya, intonasi bicara nya.. adem bener. Cukup berdialog, membaca buku walau satu halaman, ini benar asri. Dan tidak lupa saling menertawakan satu sama lain, aku dan teman-teman, dan kembali ke buku.

KE SUATU TEMPAT

Processed with VSCO with a4 preset

                Untuk orang-orang, tangan-tangan, jiwa-jiwa, dan pikiran-pikiran yang beruntung dapat menuai cita, rasa dan karsa kedalam sebuah bentuk baik kertas, tembok, benda dengan berbagai media warna lainnya. Terimakasih, dan aku abadikan beberapa nya hasil tangan kalian duhay orang keren, kedalam bentuk visual karena terlampau senang mataku melihatnya. Kota enak, orang-orang enak, dan makanan yang enak-enak, aku dan jari jemari sawo matangku, menuai semuanya kedalam tulisan. Kalian orang-orang luar biasa, membuat aku semakin nyaman ada di kota enak ini.

PULANG

Processed with VSCO with a4 preset

                Tidak semua aku ceritakan, karena sisanya adalah menertawakan, ngopi, makan gorengan, makan nasi kucing, mandi, melagu, makan soto, dan lain lain. Waktunya kembali ke kota sendiri, kota yang sudah dua puluh satu tahun aku huni, kota pemberi cerita juga, kota bercita enak juga, miliki rasa dan karsa tak ingin pindah. Kota ku, Kota Bandung.

                Setelah mengemas barang, berpamitan, melamun sedikit karena mengapa secepat ini aku pulang.. dan menghampiri stasiun. Menyiapkan mental akan kembali pada aktivitas di kota ku, pada kewajiban di kota ku, dan rasa candu pada masakan mama.

Aku pamit, tidak mungkin untuk tidak kembali. Sehat selalu, Yogyakarta..

               

 

Tulisan Ikshan / 1

FullSizeRender

Noted: ini tulisan ikhsan. dapat kiriman secara cuma-cuma dari  nya, akan diapakannya katanya terserah. kalo dilihat menarik makannya aku salin bersih aja di wordpress ku. tulisannya kurang lebih perihal makhluk hidup yang sedang berdialog dengan sabtu, sabtunya aman bahkan di senja-kan, tapi kayaknya yang gak aman adalah perasaan si penulis. monggo ajalah dibaca..

 


 

Sabtu.

 

Terbatas oleh akal yang dimiliki

Aku  yang masih sanggup bernafas hanya akan iri

Menatap atap rumah yang tidak seindah atap langit

Terbayang banyak keinginan seseorang untuk memiliki

Namun hanya terbatas oleh kemauan, itu pun akan berakhir

Asmara hanya untuk pemula yang baru merasa

Tidak pantas merasakan itu bila tidak ada harta

Itu bukan suatu masalah!!!

Kemauan akan mematahkan segalanya.

Terbaring kaku diselimuti kain yang dirajut sempurna

Membuat lupa akan hari itu

Mengapa aku melakukannya? Apakah itu penting?

Mungkin untukmu itu mustahil

Seolah waktu tidak memiliki nafas

Namun jarum Panjang akan berdetak seperti jantung

Yang akan mengubah angka seperti layaknya darah

Mungkin ini pertanda akan berhentinya waktu

Indah hanya terlihat diujung mata

Namun rasa akan selamanya abadi

Mercusuar menyala dimalam hari

Layaknya rasa, kabut akan selalu menutupi

Tersayup angin membawa hujan

Terdengar melalui telinga dan mengalir di seluruh organ

Aku sendiri.

Aku menyendiri.

Di sabtu senja ini.

 

-Aku

 

Geram Durja

Kalanya kadang hangat

Kalanya kadang menyengat

Geram. Tapi terikat

Diam. Tapi merekat

Geramlah semampu mu

Diamlah sesuka mu

Sing penting di akhir kamu membuka mulut, lebarkan bibir, lihatkan gigi

Dan tersenyum.

Nah bagian senyum, jangan semampumu juga sesuka mu

Tapi ini semauku. Yang ingin agar kamu senyum selalu

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai